Kondisi rem blong itulah yang diduga membuat sopir truk naas tersebut mencoba membanting stir ke arah tebing. Hal itu diduga dilakukan untuk mencegah truk terus melaju tak terkendali dan terjun ke jurang yang dekat dengan lokasi kecelakaan tersebut. Truk itu akhirnya terhenti, namun 18 penumpangnya meninggal dunia.
Rekomendasi KNKT
KNKT mencatat bahwa jalan berbukit di Minyambouw itu belum dilengkapi rambu-rambu lalu lintas. Selain itu, badan jalan juga tidak dilengkapi pagar pengaman. Padahal, badan jalan itu berada di antara tebing dan jurang.
“Kami akan membuat rekomendasi agar dipasang papan peringatan di kawasan tersebut, agar pengemudi menggunakan gigi rendah. Artinya di depan sana ada turunan panjang, maka pengendara harus menggunakan gigi rendah” tuturnya.
Wildan menyatakan pihaknya juga merekomendasikan pembangunan tempat istirahat atau rest area di lokasi tersebut, karena beratnya turunan/tanjakan di jalan itu membuat ban berisiko panas.
“Kami juga membuat rekomendasi agar dibuat kolom jebakan jalur penyelamat tepat di [lokasi kecelakaan itu], tujuannya ketika rem blong setidaknya orang bisa memasuki kolom jebakan tersebut. Kami juga merekomendasikan pembuatan pagar pengaman jalan di area tanjakan itu,” ujarnya.
Direktur Lalu Lintas Polda Papua Barat, Kombes Raydian Kakrosono menyatakan akan mengumpulkan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Papua Barat dan Kabupaten Manokwari, untuk bersama-sama mengevaluasi kecelakaan truk pada Rabu itu.
“Saya akan kumpulkan Forum LLAJ, untuk melakukan evaluasi pasca kecelakaan tunggal kemarin. Rencana [kami akan bertemu] pekan depan,” kata Raydian.
sumber: Jubi.id