Fakta Itu Suci
Workshop hari kedua dipandu Bapak Herman Dappa, S. Ag, yang membahas tema karya jurnalistik remaja seperti teknik menulis berita dan feature. Herman membuka materi dengan menyampaikan sebuah pernyataan retoris bahwa siapapun, tak terkecuali para siswa/I SMA Kristen Waibakul, dapat menjadi jurnalis atau wartawan/ti.
Herman berikutnya memberi awasan penting bahwa dalam menulis materi jurnalistik, pemberitaan yang objektif dan berbasis data sangatlah krusial. Dengan merujuk pada jargon “Fakta itu Suci”, prinsip objektifitas atau keabsahan informasi adalah “roh” dalam menulis dan menerbitkan berita.
“Fakta itu suci. Oleh karena itu, dalam dunia jurnalistik kebenaran berbasis fakta sangatlah diperlukan. Seorang wartawan tidak boleh mengarang secara bebas,” ucap Herman.
Dalam artian, menurut Herman, karya seorang wartawan atau pegiat jurnalistik adalah aktivitas intelektual yang mengandalkan kecakapan nalar serta kemampuan memandang sebuah peristiwa dengan jernih.
“Journalist is an intellectual in action. Untuk dapat merumuskan sebuah berita yang baik dan benar, maka dibutuhkan nalar dan logika yang bagus yang mampu menelusuri fakta, mengendus kebenaran dan merumuskan bacaan yang berkualitas kepada publik,” pungkas Herman.
Penyampaian materi kemudian berlanjut dengan presentase terkait tips-tips pamungkas yang dapat dijadikan panduan bagi para siswa dalam menulis berita seperti langkah-langkah menelusuri peristiwa dan menggali informasi, metodologi berita serta komponen sebuah berita yang perlu berisikan muatan substantif dengan rumus naratif 5 W (What, Who, Where, When, Why) dan 1 H (How). Demi mengasah kemampuan peserta, para siswa/I difasilitasi untuk masuk dalam beberpa kelompok serta diberi tugas untuk mengidentifikasi komponen komponen-komponen 5 W dan 1 H pada beberapa klip berita yang dikutip dari beberapa media cetak lokal serta mempresentasekannya.
Pemaparan materi berikutnya dilanjutkan dengan pembahasan tambahan seputar feature. Berbeda dengan laporan berita yang menyajikan fakta, maka dalam penulisan feature perspektif penulis atau penilaian subjektif dapat dimasukan.
Herman Dappa, S. Ag, Narasumber materi karya Jurnalistik sedang memberi kepada salah satu kelompok terkait penyusunan berita peristiwa.
Dinamika Kelompok dan Habituasi
Dalam upaya memastikan berlangsungnya transfer pengetahuan serta evaluasi kemampuan peserta, maka pada penghujung setiap pemaparan materi workshop, baik pada hari pertama dan kedua, para peserta work shop difasilitasi untuk melaksanakan habituasi yang berlangsung dalam dinamika kelompok. Setiap peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan diberi tugas mengaktualisasikan materi dan bimbingan teknis-substantif yang dipelajari.
Pada hari pertama, setiap kelompok mendapatkan tugas untuk menyusun dan menyelesaikan salah satu jenis karya tulis ilmiah yaitu makalah. Tema-tema yang dibahas dalam makalah pun cukup bervariasi seperti Sistem Pendidikan di Era Pandemi Covid 19, Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar, Makna Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pancasila dan Implementasinya di Lingkungan Sekolah, Pendidikan Karakter dan Perannya bagi Kedisplinan Murid, Peran Sekolah dalam Menumbuhkan Sikap Cinta akan Kebudayaan hingga Dampak Pemakaian Gadget Terhaap Minat Membaca Siswa.
Salah seorang peserta workshop, Melin R. K. Muly, dalam sesi presentase menuturkan bahwa pendampingan di bidang penulisan karya ilmiah dirasa sangat membantu mereka agar mampu menyeleaikan tugas-tugas sekolah serta menjadi bekal penting bagi masa depan pendidikan mereka di waktu yang akan datang.
“Setelah mempelajari dan mengaktualisasikan proses-proses menulis karya ilmiah yang baik dan benar, kami pun sadar akan satu dua kekeliruan yang saah dalam kebiasaan menulis selama ini. Saya melihat sebagai wadah bagi kami untuk mengasah kemampuan menulis karya akan membantu kami dalam menyelesaikan tugas sekolah dan bekal bagi masa depan kami,” ucap Melyn.
Seorang peserta workshop, Melyn r. K. Muly, sedang menyampaikan hasil diskusi kelompok pada tahap habituasi dan dinamika kelompok.
Pada hari kedua, habituasi dalam dinamika kelompok diisi dengan tugas mengumpulkan data serta menyusun berita berdasarkan beberapa topik peristiwa seperti Work Shop Penulisan Karya Ilmiah dan Jurnalistik, Serba-Serbi Kegiatan selama Bulan Bahasa, Pemilihan Pengurus Osis Tingkat SMA Kristen Waibakul, dan beberapa topik lainnya.
Para peserta terlihat antusias dan terlibat secara aktif dalam habituasi yang berlangsung dalam dinamika kelompok. Salah seorang peserta, Rejoice Rambu P. Pauna dalam sharing terkait habituasi dalam kelompok bertutur bahwa proses simulasi membantu mereka dalam mengasah kemampuan menulis serta memahami karakter pembeda yang penting antara karya tulis ilmiah dan jurnalistik.
“Saat melaksanakan simulasi bersama teman-teman dalam dinamika kelompok, kami akhirnya boleh mengalami rasanya menulis sebuah makalah ilmiah serta menyusun sebuah laporan peristiwa dalam bentuk berita sesuai dengan aturan yang benar. Ketika berperan sebagai seorang wartawan, saya dan teman-teman boleh belajar banyak hal seperti semisal teknik-teknik penggalian informasi melakui pengamatan dan wawancara, serta menyusun isi berita dengan 5 W 1 H,” pungkas Rahel.