Ruteng, GardaNTT.id – Mantan Bendahara Komite, SMKN 1 Wae Ri’i, Serviana Purnama Nggiwung menampik sejumlah tudingan yang kini menyeret dirinya ke kasus hukum.
Mengutip HarianNTT.com, Serviana mengakui, benar bahwa uang yang dalam bukunya sebesar Rp156 Juta. Adapun rinciannya antara lain, saldo tahun ajaran 2021 sebesar Rp6 juta. Sementara uang yang diterima dari siswa baru sejumlah Rp150 juta.
Dari total tersebut, kata Serviana, sejumlah Rp5 juta telah dipakai untuk kepentingan kegiatan sekolah. Sehingga uang tersisa Rp150 juta. Dari total itu, sebesar Rp58 juta (penerimaan awal) telah disimpan ke rekening komite sekolah. Uang langsung disimpan ke rekening karena situasi sekolah saat itu masih baik-baik saja. Sehingga uang menjadi tersisa Rp93 juta.
“Pak Ferdianus Tahu melarang untuk setor uang (Rp93 juta) itu ke bank. Pernyataan beliau waktu itu dalam beberapa hari kedepan ini kita butuh biaya banyak. Karena ini bukan masalah pribadi tetapi masalah lembaga. Akhir saya ikuti saja perintah beliau. Ya namanya bawahan mengikuti perintah atasan,” ungkap Serviana.
“Jadi segala tudingan dia itu tidak benar. Kenapa? uang sebenarnya itu ada pada dia,” kata Serviana.
Serviana membeberkan rincian uang yang diambil atau dipakai oleh Ferdianus Tahu antara lain, Pada Selasa (21/6/2022) sebesar Rp30 juta, Rabu (29/6/2022) sebesar Rp35 juta, Sabtu (2/7/2022) sebesar Rp10 juta. Uang tersebut diakui Servina, diambil Ferdianus di sekolah. Pada Sabtu (2/7/2022) Ia kembali mengambil uang sejumlah Rp1 juta yang diantar oleh seorang bernama Mili, (suami Serviana) ke LBH tempat Ferdianus Tahu berada saat itu.
“Jadi total uang yang dipakai untuk kepentingan pribadi Ferdianus Tahu adalah Rp76 Juta. Sedangkan uang yang berada di tangan Serviana saat ini sebesar Rp17 juta. Seluruh uang tersebut beserta buku rekening akan diserahkan ke sekolah apabila laporan ke polisi selesai diproses,” ungkapnya.
Pada (4/7/2022) Ferdianus kembali meminta uang sebesar Rp15 juta untuk diserahkan melalui bendahara BOS atas nama ibu Onik.
“Saat minta uang sebanyak Rp15 juta itu saya baru tahu bahwa uang yang diminta selama ini adalah untuk kepentingan perkara,” kata Serviana.
Serviana kemudian meminta surat perintah tertulis dari Ferdianus Tahu. Permintaan itu karena Serviana sudah menyadari bahwa uang sekolah hendak dipakai untuk kepentingan pribadi Ferdianus Tahu. Surat tersebut bermaksud sebagai alasan atau kekuatan Serviana mana kala bermasalah.
“Saya minta Surat Perintah tertulis dari dia dengan bermaksud supaya dia buat dulu tanda bukti terima uang yang saya serahkan sebelumnya. Tetapi Ferdi Tahu tidak mau. Jadi menurut saya tuduhan dia itu tidak benar. Segala tuduhan dia itu hanya menutupi kejahatan dia selama ini,” jelas Serviana.
Ia menambahkan, segala daftar pemberian uang kepada Ferdianus Tahu tertulis dalam buku kas bendahara. Hal itu sesusai standar yang berlaku di SMKN 1 Wae Ri’i selama ini.
“Tetapi ini karena dia sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ada kasus dengan saya dan saya WA (pesan WhatsApp) tapi dia tidak merespon tujuan pesan WA saya itu meminta dia agar membuat bukti serah terima uang yang telah saya berikan,” pungkas Serviana.
Sementata itu, mantan ketua Komite Damianus Jurus membantah tuduhan yang menyebut dirinya menghalang-halangi Serviana untuk memberikan uang sekolah. Ia bahkan tidak bercampur jauh tugas anaknya sebagai bendahara komite.
“Karena Ibu Nur itu di SK oleh Ferdi Tahu bukan saya. Lalu ke dua pengguna anggaran itu bukan komite, kewenangan komite itu hanya untuk memberi masukan dan pengawasan berkaitan uang masuk ke kepala sekolah sebagai pengguna anggaran tetapi seperti yang dijelaskan oleh Ferdi tahu itu saya katakan bohong,” tegas Damianus.
Sedangkan berkaitan dengan tuduhan menghalang-halangi saat rapat tanggal 6 Agustus lalu pun tidak benar. Ia justru melihat ada kebanggalan dalam rapat komite itu. Rapat komite seharusnya dipimpin oleh Ketua Komite tetapi lucunya pada tanggal 6 Agustus itu Ferdi Tahu mengundang semua pejabat seperti Korwas, Camat, Kepala Puskesmas dan Polisi.
“Saya tidak diberi ruang untuk berbicara kepada orang tua murid malah yang memimpin rapat dan membuka rapat adalah Camat Wae Ri’i. Yang lucu dan anehnya lagi waktu mempertanggungjawabkan keuangan Pak Camat bentak bendahara Komite “Hei kau jangan kau telanjang kau punya kepala sekolah lagi” akhirnya saya sebagai Ketua Komite karena tidak difungsikan saya sebagai Ketua Komite maka saya tinggalkan ruangan karena yang muncul bukan rapat tetapi debat politik,” tandasnya.