Di Biara Masa Lalu

Di Biara Masa Lalu

Desa Haju

Pernah sayang tapi bukan aku
Maria menggelitik pohon-pohon doa
Hilang kabar
Berakar di dalam tanah tempat jejak mereka

Aku salah satunya
Di Biara masa lalu
Bersikap tegap, potret di batas senja

Sekarang datang
Meminta kening kembali hening

Frater dan Subsidi cintanya yang meminta tuk kembali

(Syair, 26 April 2021)

Titik

Sepertinya anda sudah lelah, meleleh oleh matahari tanpa ada hasil. Masa, sebegitunya memperjuangkan manusia yang harus di pertahankan untuk hati yang mustahil. Sementara aku, sudah membakar lilin, menunaikan ibadah dengan mentaati pejaman mata.
Titik beri rubrik, kita semakin asyik dengan keritik. Sudahlah kita akan berakhir dengan karir masing-masing tanpa harus bersaing. Selamat bercinta dengan sibuk, good night sampai rindu kembali menumpuk.

(Syair, 9 Mei 2021)

Detik dan Dinamis

Sifatnya berubah, hitungan detik mengemis di depan om Google, Otaknya tidak lagi bersakramen melainkan kegagalan mental yang krisis. Moodnya menyerang otak-otak, katanya instan menelan banyak korban.

Karangan yang tak pernah habis-habisnya di gembok oleh kedua jari tita, sosornya seperti tekanan kompor yang harus dipaksakan untuk menyala. Detik dan Dinamis yang harus menyerang, apapun itu, itu suara dari balik papan yang hampir stres dengan dayanya.

(Syair, 8 Mei 2021)

Reineldis Alviana Jaimun | Mahasiswi Universitas Nusa Cendana
Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju Desa Haju
Penulis: Reineldis Alviana Jaimu | Mahasiswi Universitas Nusa CendanaEditor: Belle Tube