Paniur menyatakan, tembakan itu tak kunjung berhenti. Ia lalu mengajak ketiga anaknya berlari ke dalam hutan. “Saya kasih lari anak-anak di depan. Saya dari belakang lari. Lalu saya dapat tembak di lengan kiri, terus pinggang bagian kanan.
“Saya dan anak-anak lari masuk hutan sampai menyeberang kali. [Kami lalu] cari jaringan baru telepon keluarga di rumah,” ujar Paniur.
Paniur menuturkan, setelah itu keluarganya melaporkan insiden itu ke pos Raider 303/SSM Sinak. “Keluarga datang lapor pos, baru mereka naik jemput kami. Mama telepon saya [dari pos], saya langsung bicara sama komandan. Saya bilang, ‘kamu punya anggota tembak saya,” jelasnya.
Jadi kamu tolong suruh mereka cabut dulu saya mau keluar. Jangan sampai salah tembak.’ Itu yang saya kasih tahu,” kata Paniur menirukan kembali percakapannya dengan komandan pos TNI tersebut.
Paniur lantas keluar dari hutan dan bertemu dengan sekitar sepuluh anggota tentara. Ia mengaku mengenali para prajurit itu berasal dari Raider 303/SSM Sinak. Ia menyatakan para prajurit itu langsung menahan mereka dan berusaha menahan barang-barangnya.
“Pas kami mau menuju ke pos, mereka keluar ramai-ramai, kurung kami. [Mereka] suruh [kami] kumpul telepon selular, noken, alat berburu kami semua dikumpulkan. Mereka punya komandan keluar, bilang sekalian tanya di pos saja. Kami kembali angkat barang kami menuju ke pos. Kami turun di pos. Di pos, mereka tanya saya, [dan saya] kasih tahu semua [kronologis penembakan itu],” kata Paniur.