Berimbang, Tegas, Akurat
Indeks

Dikira KKB, Seorang Pendeta yang Sedang Berburu Diberondong Tembakan

Paniur menyatakan ia dan keluarganya lantas diantar ke Puskesmas Sinak sekitar pukul 12.00 WP. Paniur menyatakan di puskesmas itu ia ditangani paramedis yang juga tentara. Saat itu, petugas puskesmas tidak diperbolehkan menangani dirinya.

“Di puskesmas itu bukan petugas [puskesmas] yang urus, tetapi perawat mereka [anggota tentara] yang urus saya. Petugas [puskesmas] mereka masuk lihat dan rawat, tetapi disuruh keluar [sama tentara],” ujar Paniur yang juga Kepala SMA YPPGI Sinak tersebut.

Desa Haju

Paniur merasa ia tidak dirawat dengan baik selama  berada di Puskesmas Sinak. Salah satu tentara yang merawatnya bahkan meragukan luka yang dialami Paniur adalah luka tembak, dan menduga luka itu karena terkena batu dan kayu.

“Dia bilang, ‘bapak mungkin ini kena batu atau kayu’. Tapi saya bilang, ‘Bapak, saya ini pendeta, yang betul saja. Di sana belantara kena batu atau kayu dari mana? Kena batu dari mana? Ini tembakan. Besok kamu tahu ini peluru yang keluar atau batu yang keluar.’ Saya marah-marah dia,” kata Paniur.

Paniur menyatakan ia lantas memilih berobat ke RSUD Mimika di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika. Ia menyatakan saat ini sedang menunggu hasil rontgen.

“Mereka tidak urus saya baik. Sampai saya bermalam di Puskesmas [Sinak]. Besoknya saya berangkat dengan helikopter ke Timika. Sementara ini saya masih tunggu hasil rontgen,” ujarnya.

Kerabat Paniur Tabuni, Elis Wafom berharap agar tentara yang melakukan penembakan terhadap Paniur diperiksa. “[Kami meminta ada] proses hukum [terhadap] anggota yang melakukan itu. Kami tidak tahu namanya, tetapi kami tahu mereka [tentara] Raider 303,” kata Wafom.

“[Mereka] harus diproses secara hukum. Kami juga manusia, kami juga warga, harusnya mereka bertindak yang benar. Kami mau [insiden itu] diproses [secara hukum agar] lain kali mereka lebih hati-hati. Kalau cari orang/musuh, yang benar. Cek benar siapa orang itu, betul [musuh atau] tidak. Jangan main asal saja melakukan itu. Untung korban tidak meninggal. Puji Tuhan [korban] masih selamat,” kata Wafom.

Wafom menyatakan anggota TNI/Polri yang hendak bertugas seharusnya melakukan pendekatan dan memperkenalkan diri kepada warga setempat. Anggota TNI/Polri juga diminta memberitahu warga terkait daerah rawan yang tidak boleh dimasuki warga.

“Anggota kalau datang pengamanan harus kasih peringatan atau tegur, supaya kami [masyarakat] tidak naik ke atas. Kenapa [korban] tidak ditegur [dan] langsung diserbu dengan [tembakan] peluru? [TNI/Polri harus] bisa bedakan mana [anggota] TPNPB [atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat], mana warga sipil,” kata Wafom.

Jubi telah berusaha menghubungi Kepala Penerangan Komando Daerah Militer atau Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Kav Herman Taryaman untuk mendapatkan informasi pembanding terkait penembakan Pdt Paniur Tabuni. Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan, layanan pesan singkat, layanan pesan WhatsApp, maupun telepon Jubi belum direspon Kapendam. (*)

Sumber: Jubi.id