Penulis: Irene Putriliana Dina
GardaNTT.id– Seorang siswi kelas XII SMAN 5 BINTANG bernama Ibel duduk di sudut kamarnya sembari menatap layar transparan miliknya. Sambil scroll hp, Ibel melihat salah satu teman facebook seketika Ibel takjub dengan memberi begitu banyak tanggapan like pada story temannya itu. Setiap hari Ibel selalu stalking temannya, Sunya.
Ya! Namanya Sunya seorang laki-laki yang disukai Ibel, lambat laun Sunya penasaran dengan Ibel karena selalu memberi like pada foto setiap story yang diunggah di media sosial dengan berani Sunya menyapa ibel di media sosial.
“Hallo enu” tegur Sunya, “Hallo juga nana” Ibel membalas pesan Sunya dengan sangat senang.
Lambat laun mereka semakin akrab, setiap pembicaraan yang di lontarkan melalui ketikan selalu nyambung seakan Ibel dan Sunya sefrekuensi, begitu kata Generasi Z. Sampai pada akhirnya Sunya mengutarakan perasaannya melalui media sosial tanpa berpikir begitu lama Ibel sangat senang dan menerima Sunya, sepertinya begitu cepat baru kemarin Ibel dan Sunya berkenalan.
Pertama kalinya Sunya bertemu Ibel, tepat di depan gerbang sekolah SMAN 5 BINTANG. Sunya datang menjemput Ibel yang saat itu kondisinya masih sangat buruk masih dalam status darurat karena Covid 19, tapi meskipun menggunakan masker, Ibel dan Sunya bisa saling mengenali entah karena chemistry atau ikatan batin.
“Mai ga” sahut Sunya dengan suara lembut. Ibel naik dan mencengkram tangannya pada pinggang laki-laki manis itu dan mulai mengendarai sepeda motor. Dalam perjalanan Ibel dan Sunya membicarakan hal biasa.
“Co tara gelang kole meu?” tanya Sunya pada Ibel yang sedang duduk dibelakangnya.
“Cala hari jumaat leso ho’o pe, biasannya gelang kole” jawab Ibel dengan melempar senyuman pada spion kiri.
“Wa’u bolo gang hio kat laku tong e? masalah aku sibuk, buru-buru” kata Sunya yang sudah berada di depan gang rumah Ibel, “Toe cenggo hau? Eng ga dedi’a ge” Jawab Ibel dengan suasana hati yang kelihatan sangat bahagia. Seketika, laju motor Sunya mulai menjauh dan Ibel masuk menuju ke rumahnya.
Hari itu menjadi hari yang menyenangkan untuk Ibel.“kelihatannya Sunya tidak begitu tinggi, bahkan aku lebih tinggi, tapi tak apalah dia baik” kata suara hati Ibel yang terus bergejolak.
Satu minggu kemudian tepat di hari Kamis, lagi-lagi Sunya menjemput Ibel di depan gerbang sekolah, saat itu hujan gerimis,
“Naik yu cepat, aduh macet lagi” kata Sunya dengan melihat sekelilingnya, “Iya… Iyaa..” jawab Ibel, ketika Ibel dan Sunya dalam perjalanan, hujan lebat menyambut kehadiran mereka bak seperti di film-film FTV. Mereka berhenti didepan Ruko menunggu hujan redah, “bel pakai jaket aku ya, kamu ngga kedinginan?” Tanya Sunya pada ibel, melihat ibel mulai kedinginan, “nggapapa kok” Jawab ibel memperlihatkan wajah malu, meskipun Ibel menolak, Sunya memberikan jaketnya dan memakaikan jaket itu pada Ibel, dalam hati ibel sangat bergejolak karena terlalu senang, untuk pertama kalinya dia diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki, Ibel ingin berteriak saat itu juga, tapi tidak mungkin dalam kondisi yang seperti itu.
Mereka melanjutkan perjalanan saat hujan mulai reda, seperti biasa Sunya menurunkan Ibel di depan gang rumah, entah Sunya malu bertemu orang tua Ibel atau ada kesibukan lain. Berbulan-bulan mereka menjalin hubungan, hingga di hari acara keluarga, Sunya membawakan buah mangga untuk Ibel. Beberapa hari yang lalu Sunya berlibur ke kampungnya, kebetulan di kampungnya banyak buah mangga Ibel menitipkan untuk membawakan oleh-oleh buah mangga, tapi seperti biasa Ibel dan Sunya bertemu didepan gang rumah.
Entah kenapa Sunya selalu menemuiku di depan gang rumah. Satu tahun telah berlalu sejak Ibel memutuskan melanjutkan pendidikan di Universitas Melati, sebuah langkah yang diambilnya dengan penuh semangat. Namun, pilihan Ibel berbeda dengan keputusan Sunya, yang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan pada tahun yang sama. Meski begitu, keputusan mereka tidak menghalangi pertemanan yang telah terjalin sejak lama.
Setiap satu minggu, Sunya tak pernah absen menemui Ibel. Entah itu untuk mengantar Ibel ke kampus atau sekadar menjenguk di rumah. Seiring berjalannya waktu, kehadiran Sunya bukan hanya menjadi rutinitas biasa, tetapi juga membawa kejutan kecil setiap kali ia datang. Mulai dari jajan favorit Ibel, makanan lezat, hingga hadiah-hadiah kecil yang membuat suasana semakin hangat.
Namun, kebaikan hati Sunya seringkali membuat Ibel merasa canggung. “Udahlah, jangan sering membawa sesuatu,” kata Ibel pada suatu kesempatan, merasa bahwa itu sebenarnya tidak perlu. Namun, senyum ramah dan jawaban penuh kehangatan dari Sunya membuat Ibel sulit untuk menegur lebih jauh.
“Kewajiban seorang laki-laki, ketika berkunjung ke rumah perempuan, harus membawa sesuatu sebagai tanda rasa hormat terhadap orangtuanya dan juga padamu,” ucap Sunya dengan tulus. Jawaban tersebut membuat Ibel terdiam sejenak. Tak hanya karena kata-katanya yang bijak, tetapi juga karena kehangatan dan rasa hormat yang terpancar dari setiap tindakan Sunya.
Setiap kunjungan Sunya membawa makna lebih dalam. Ia tidak hanya hadir sebagai teman, tetapi juga sebagai seseorang yang menghormati keluarga Ibel. Meski Ibel seringkali merasa canggung dengan kebaikan hati Sunya, namun dalam hatinya, Ibel merasa dihargai dan diberikan perhatian yang tulus. Seiring berjalannya waktu, pertemanan mereka semakin erat, dan Ibel mulai memahami bahwa adakalanya, tanda kecil seperti membawa sesuatu bisa menjadi ekspresi paling tulus dari rasa peduli dan hormat.
Di semester 3 perjalanan pendidikannya, Ibel dihadapkan pada suatu keputusan yang sulit. Sunya, sahabat dan kekasihnya, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Jogja. Kabar tersebut menjadi pukulan berat bagi Ibel, yang mulai merasa ragu tentang kelangsungan hubungan mereka dalam jarak yang semakin jauh. Kepergian Sunya memunculkan pertanyaan dalam benak Ibel. Apakah hubungan mereka mampu bertahan dalam keterpisahan ini? Keraguan dan kekhawatiran mulai merasuki pikiran Ibel, membuatnya bingung apakah harus kecewa atau menerima keputusan yang sudah diambil oleh Sunya. Namun, ketika Sunya menyadari keragu-raguan yang muncul dalam hati Ibel, ia tidak tinggal diam. Sunya memutuskan untuk menjumpai Ibel dan dengan tulus meyakinkannya bahwa meskipun jarak memisahkan, cinta dan komitmen mereka tetap dapat dijaga.
“Kita bisa melewati ini bersama-sama, Ibel. Meskipun berjauhan, hubungan kita akan tetap kuat asalkan kita saling percaya dan berkomitmen,” ucap Sunya penuh keyakinan. Mendengar itu, hati Ibel mulai merasa lega. Meskipun tantangan hubungan jarak jauh bukanlah sesuatu yang mudah, namun keyakinan dan komitmen Sunya mampu memberikan kepercayaan pada Ibel.
Mereka sepakat untuk tetap menjalani hubungan, menghadapi lika-liku yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan tekad yang kuat, Ibel dan Sunya melanjutkan hubungan jarak jauh mereka. Meskipun terpisah oleh kilometer, keduanya memanfaatkan teknologi modern untuk tetap terhubung. Melalui media sosial, video call, dan pesan teks, mereka menjaga api cinta mereka tetap berkobar. Meskipun pertemuan fisik menjadi langka, kebahagiaan yang dirasakan Ibel tidak berbeda jauh dengan saat mereka masih bisa bertemu secara langsung. Hingga kini, setelah dua tahun menjalani hubungan jarak jauh, Ibel dan Sunya berhasil membuktikan bahwa cinta sejati mampu mengatasi segala rintangan.
Mereka belajar untuk saling mendukung, memahami, dan tetap menjaga api cinta yang tak pernah padam, bahkan dalam jarak yang memisahkan.