Film Nona Manis Sayange yang disutradarai oleh Hestu Saputra menuai Kritikan dari beberapa masyarakat lokal. Kritikan tersebut ditulis dalam kolom komentar aplikasi Facebook dalam unggahan akun Christiany Eugenia Paruntu – CEP yang mengunggah Video trailer film tersebut.
Film Nona Manis Sayange mengangkat tema tentang permasalahan sampah, krisis air bersih, isu mafia tanah, Adat belis (yang menjadi permasalahan utama dalam cerita), hingga pemberdayaan perempuan di Labuan bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Dilansir dari laman idntimes.com, Hestu Saputra membeberkan penyempurnaan cerita, skenario, dan riset membutuhkan waktu satu tahun 2 bulan demi menyampaikan pesan kehidupan yang kuat dalam film tersebut.
Film Nona Manis Sayange menceritakan tentang kisah cinta dua orang sahabat bernama Sika yang diperankan oleh Haico van Der Veken dan Akram yang diperankan oleh Denzel Jordan Pangeran. Kisah cinta yang tumbuh karena sejak kecil saling mengenal itu dihadapkan dengan rintangan besar ketika Ayah Sika yang diperankan oleh Mathias Muchus menentang hubungan Sika (anaknya) dengan Akram. Akram pun berjuang untuk mendapatkan restu Ayah Sika dengan mengumpulkan uang mahar atau belis yang diminta.
Perjuangan Tim produksi dalam menyempurnakan Film “Nona Manis Sayange” ini rela melakukan syuting di atas laut selama tujuh hari. Lokasi-lokasi yang diperlukan dalam film pun harus ditempuh dengan jarak yang cukup jauh ada di beberapa titik di Labuan Bajo dengan berjalan kaki.
Film yang juga menampilkan keindahan alam Labuan Bajo itu berhasil menarik perhatian publik terutama masyarakat lokal (Labuan Bajo) terutama saat diunggah oleh Akun Facebook Christiany Eugenia Paruntu – CEP mengunggah Video trailer film Nona Manis Sayange pada 15 Agustus 2023 menuai beragam komentar.
Postingan yang mendapat 9.528 suka dan 1.309 kali dibagikan itu mendapat 274 komentar Netizen (terhitung pukul 21:35 tanggal 31 Agustus 2023) yang memberi masukkan dan ada pula yang memberi kritikan cukup pedas.
Mana ada orang Manggarai omong pakai ko. Nggak nyambung. Di sini juga seharusnya enu kenapa nona. Kalau enu kan lebih keren, tulis akun Facebook Ad*i*n S*n.
Pemilik Akun Facebook B*yu Pa*ut juga turut berkomentar bahwa logat mereka bukan seperti itu.
Maaf kak sedikit yang mau kita kritik sebagai putra asli Labuan Bajo (Manggarai Barat). Jadi logat kami tidak seperti itu, tulis akun B*yu Pa*ut.
Logat beda jauh, tulis akun Facebook I*an* J*an* di kolom komentar mendapatkan 1 like.
Harusnya menggunakan dialek Manggarai. Tapi kenapa yang ada pakai logat Papua? Yang pas judulnya Enu Molas Momang Ge, tulis akun Facebook On*h*k M*r*a Je*id* di kolom komentar mendapatkan 2 super.
Selain mereka yang mengkritik film Nona Manis Sayange, ada beberapa warganet yang juga turut berkomentar memberi masukkan yang positif.
Sy suka dengan ceritanya, sayangnya aksennya tidak sesuai dengan logat daerah setempat, padahal beberapa waktu lalu sinetron yg diperankan oleh Michelle Ziudith, dkk jelas tidak menceritakan tentang adat dan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat L.Bajo tapi mendapatkan tempat di hati masyarakat, sy salah satunya hehehe, karena sy senang dengan adanya sedikit logat Manggarai yg di sinetron tsbt.Ya anak Manggarai mudah mudahan sependapat yaaa, Salam Budaya, tulis akun Facebook H*rl*n W*dy* yang mendapatkan 24 super dan like itu.
Patut diapresiasi… Namun syg, dialek yang digunakan bukan dari Manggarai… Apalagi yang diangkat mengenai adat belis di Manggarai, tulis akun Facebook V*yl* N*rm*la.
Walaupun cerita filmnya tidak seutuhnya tentang Labuan Bajo atau Manggarai terutama yang terdapat pada dialeknya , namun yang perlu saya banggakan adalah film ini sudah menceritakan tentang adat Manggarai dan indahnya Labuan Bajo. Pokoknya bagi saya krenlah… Tulis akun Facebook B*b*n*o yang mendapat 7 like di kolom komentar video tersebut.
Untuk diketahui, Film yang diproduksi oleh PUTAAR film itu bergenre drama komedi akan tayang tahun ini, namun belum dipastikan tanggal penayangannya.
