Masuk dan Menderita Bersama Yesus (Sebuah Permenungan Hari Minggu Palma 2021)

Perjalanan kita belum berakhir, ziarah iman kita masih terbuka luas dan terbentang jauh. Ada saatnya kita alami musim semi penuh harapan dalam iman. Tetapi, kita tak menutup mata akan sejarah suram hidup manusia yang menantang iman! Perang, aneka kekerasan, terorisme, pertikaian, ketidakadilan, kelaparan, aneka bencana alam, dan variasi sakit serta penyakit tetap menjadi mimpi buruk ziarah hidup manusia.

Pada hari-hari ini, kita sebenarnya tengah di jalur waktu setahun pandemi covid 19 (virus korona). Tentu, kita tidak boleh ucapkan selamat HUT Covid, apalagi harus bernyanyi: Panjang umurnya! Ingatlah, pada saat-saat awal virus korona itu dialami sebagai teror yang mematikan, kita sepertinya yakin serangan itu HANYA terjadi di sana, di tempat lain, dan bukannya peristiwa suram pula untuk kita di sini! Dan pada akhirnya, kita sendiri masuk dalam kisah nyata bahwa virus korona adalah monster atau hantu dunia yang sungguh menggoyang segala irama dan peta kehidupan kita dalam situasi yang paling konkrit! Di tempat kita di sini.

Corona telah setahun mengganggu kualitas berelasi antar manusia. Rasa takut, cemas, saling mencurigai, serta kehilangan spontanitas telah menerobos hati kita. Ingatlah bahwa rasa kecewa atau putus asa, merasa diperlakukan tidak adil berlebih-lebihan atas nama virus corona telah menjadi pengalaman pahit bagi kita. Saya secara pribadi yakin bahwa ada pula keluarga meratap pilu akibat sanak keluarga yang wafat akibat wabah korona yang mesti dimakamkan dengan cara yang tak lazim. Di hari-hari selama Pekan Suci ini, mari kita kenangkan dan doakan semua mereka yang wafat akibat pandemi covid 19 ini.
Tak hanya soal kualitas relasi yang diobrak-abrik oleh pandemi covid 19, tetapi juga bahwa berbagai dimensi kehidupan nyata lainnya pun terobok-obok! Situasi tempat di mana kita bekerja, sekolah-sekolah, tempat pertemuan umum seperti pasar, terminal, tempat-tempat olahraga, tempat pertemuan adat seperti rumah adat bahkan untuk tempat perayaan iman bersama seperti di Gereja telah menjadi perhatian serius dengan banyak protokolnya. Lalu bagaimana ziarah iman kita sebagai pengikut Kristus?

Dalam situasi inilah, saya mengajak kita sekalian untuk kembali masuk dalam misteri Yesus, Tuhan kita, Sang Juruselamat selama pekan Suci ini. Kita membawa segala rasa hati kita untuk dipersatukan dengan jalan-jalan penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya. Kita mesti berani bersatu dengan Dia yang berujar, “Ambillah dan makanlah inilah TubuhKu; ambillah dan minumlah, inilah DarahKu” (Mat 26:26). Kita mesti miliki kekuatan hati untuk berdiri bersama Tuhan yang menatap di hadapan Pilatus, dan dengan gagah berani menantang kesombongan, ketidakadilan, serta kepalsuan. Kita mesti miliki kekuatan untuk berani memanggul salib dan beban-beban kehidupan, dan bukan berlari dari tanggungjawab atas kenyataan hidup. Kita mesti berjiwa besar untuk hadapi segala derita, hinaan dan cercaan hingga setia bersama Tuhan hingga kematian-Nya di salib. Hanya dengan cara ini, masing-masing kita secara pribadi, sebagai keluarga, dan sebagai persekutuan dalam apapun bentuknya memiliki kisah tentang Yesus sebagai kekuatan luar biasa dalam ziarah hidup ini.

Karena itu, mari kita tempatkan terutama HARAPAN dalam Tuhan sendiri. Dalam situasi pandemi ini, telah banyak usaha dan tindakan yang telah diambil. Kita patut bangga atas segala usaha melawan pandemi virus korona. Tetapi di atas segalanya tempatkanlah, sekali lagi, HARAPAN itu. Kita tentu bertanya apa yang dimaksudkan dengan HARAPAN DI DALAM TUHAN? “Harapan adalah keyakinan kokoh bahwa segala sesuatu yang kita hayati dan kita alami, entah suka atau duka, entah kemenangan atau kekalahan, semunya mempunyai makna.” Lebih dari sekedar satu optimisme, harapan membawa kita kepada pengakuan akan Allah sebagai Tuhan dari segala-galanya, yang sungguh menyelenggarakan semua jalan hidup kita. Dan adalah tugas iman kita adalah menemukan makna di balik setiap kisah kita. Ingatlah, iman tanpa harapan, ibarat ungkapan cinta tanpa kerinduan. Jika cinta tanpa hati yang merindu adalah bualan-gombalan semata, maka iman tanpa harapan hanyalah kerangka kosong tanpa isi.

Suatu hari seorang kawan bertanya kepada bocah korslet, “Hei teman ompong, pada waktu pengadilan Yesus itu ternyata Pilatus luput dari wabah korona, padahal ada kerumunan banyak orang. Itu karena apa Pilatus luput dari korona?” Dan si bocah korslet menjawab, “Bapa Pilatus itu luput dari corona karena Bapa Pilatus itu rajin pada tindakan mencuci tangan”. Kawannya langsung sambung, “Terus sekian banyak orang itu kena korona itu kenapa?” Si ompong bocah korslet dengan cekatan menjawab, “Oh itu gampang sekali jawabnya. Itu karena air cuci tangan itu Bapa Pilatus siram ke orang banyak. Maka orang banyaklah yang kena corona, sedangkan bapa Pilatus aman karena dia cuci tangan”

Selamat memasuki Pekan Suci. Berusahalah untuk menemukan makna, nilai dari setiap peristiwa hidup kita di dalam Peristiwa Penderitaan-Wafat-dan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.